Jumat, 07 Januari 2022

Flash Fiction: Mencintai Dalam Diam



Mencintai Dalam Diam

Oleh: Sri Utami

          Namaku Afif Humaira, aku biasa dipanggil Mey. Aku masuk salah satu universitas  di Surabaya.Hari pertama masuk kuliah, di kelas ku melihat sosok pria yang misterius. Dia sangat berbedadengan yang lain dan cukup menarik perhatianku juga rasa penasaranku. Hari demi hari ku lalui, rasa keingintahuanku tentangnya pun terjawab. Pria itu bernama Wildan, dia pintar dan aktif dikelas, aku kira dia orang yang pendiam, tapi ternyata tidak juga. Lama kelamaan lincahnya terlihat, dia bawel, gokil pula, dan yang paling aku terkaget itu dia seorang pemain biola.

Dengan berjalannya waktu kita pun saling mengenal satu sama lain, yang awalnya aku dan Wildan tidak berteman kemudian kami menjadi teman dekat, bahkan lebih dekat dari sahabat. Aku selalu menceritakan semua kejadian yang menimpaku, dari cerita susah, senang, sedih, dan sebagainya begitu pula dengannya. Dia pria yang sangat baik dan mengerti aku. Dia tempat curhat yang asik, tempat sharing pelajaran yang menyenangkan penuh dengan kharisma, sehingga banyak perempuan lain yang kagum padanya.

Aku seperti buntut baginya, kemanapun dia pergi, aku selalu mengikutinya. Dari mulai dia futsal sampai satu organisasi pun bersama. Dia yang selalu ada saat aku membutuhkan bantuan. Dari mulai meminta bantuan menyelesaikan tugasku, mengantarku pulang, banyak orang yang menyangka kita pacaran.

Aku berusaha bersikap seperti biasa dihadapannya, entah sampai kapan aku harus berpura-pura dan berperang dengan hatiku sendiri. Oh... rasanya sangat tersiksa Wildan hanyalah sahabatku yang teristimewa. Entah mengapa aku selalu ada hati, aku menjadi sosok yang pendiam, jaga image, salah tingkah, dan lain  jika berhadapan dengannya. Oh.... itu sangat menyebalkan ketika secara tidak sadar aku menjadi orang lain yang amat sangat jauh berbeda dari kepribadianku jika ada dia dihadapanku.

Apa ini yang dinamakan cinta? Apa ini yang dinamakan kasih sayang? sudah cukup sampai disitu pertanyaanku. Rasanya perutku lapar jika aku selalu berpikiran hal itu. Oh... tidak..... Aku mencoba berpositive thinking akan keadaanku ini. Ya, agar semuanya berjalan seperti biasanya. Hari demi hari ku lalui seperti biasanya, tugas kuliah yang menumpuk, pekerjaan rumah seperti pembantu rumah tangga, menjadi pembisnis coklat online, dan tentunya have fun dengan sahabatku Wildan walau aku harus merasakan perang batin jika harus berhadapan dengannya.

 

 

Ada apa denganku ?

 

Selain dikenal sebagai kota pelajar,Yogyakarta juga merupakan kota budaya yang pesonanya senantiasa mampu memikat wisatawan.yaa…Tugu  Jogja kini menjadi saksi bisu  keadaan hatiku terhadap Mirna,gadis yang aku kenal saat semester empat yang lalu.Walaupun kami beda jurusan tapi ..entahlah pertemuan mesti terjadi itupun secara tidak sengaja.Walaupun hanya di sapa olehnya” Hai Kak Hendra “ dengan sapaan pendek itu hatiku sudah berbunga-bunga.

Harus aku akui,ide-ide yang dilontarkan Mirna selalu brilliant.Mungkin karena masih belia.Tak perlu ambil pusing dengan wajar atau tidak wajar.Semuanya begitu alami,ia  telah menjadi bagian dari hidupku.Walaupun rasanya tak masuk akal,aku sering memujinya dalam hati.dia sangat cantik dan cerdas.

Suatu ketika tak ku sengaja bertemu Mirna,setelah matkul terakhir.Gadis cantik berbaju merah muda itu duduk sendirian di taman dekat perpustakaan kampus.”Kak Hendra mengagetkan “ katanya polos dengan senyuman khas lesung pipitnya membuat hatiku semakin bergemuruh.Mirna adalah salah satu penyemangatku dalam melanjutkan perusahaan papa,ia penyumbang ide-ide cemerlang.Yaa…selain kuliah aku di bebani tugas besar oleh papa selama beliau belum sembuh total dari sakitnya.

Hari berganti hari tak terasa begitu cepatnya waktu bergulir.Hendra semakin tidak bisa mengontrol emosinya melihat perkembangan perusahaan yang di kelolanya selama beberapa bulan.Pembukuan keuangan tidak balance dengan pengeluaran untuk operasional.Di sisi lain kuliahnya sudah mendekati ujian akhir.Yaa…tiba-tiba ia teringat dengan Mirna gadis cantik yang serba bisa.Apakah ia mau membantuku lagi setelah ia tersakiti hatinya oleh mama ku beberapa bulan  yang   lalu. Mama menilainya gadis kampungan yang suka  nebeng  teman yang kaya.Padahal dia gadis yang serba bisa dan baik hati.Hati ini selalu merindunya.

Walaupun kesibukanku luar biasa.Entalah… aku tidak bisa melupakan Mirna.Gadis yang smart dan beauty itu selalu menggoda hatiku.Yaa Tuhan.Ada apa denganku? Kelihatannya sudah jelas ia menganggapku sekedar sahabat tidak lebih dari itu.Sekuat hatiku mengenyahkan pikiranku tentang Mirna.Anehnya semakinku menghindar dari pertemuan,pesonanya justru semakin membius hati.Oh…Namanya Cinta sangat dahsyat dan dilematis.

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Senja di Balik Layar dan Puncak Pengetahuan

(Penulis: Kang Asep, Pengawas Sekolah bidang PAI Dinas Pendidikan Kabupaten Kuningan, WA 085864675753) Ponselku bergetar, memecah fokusku me...