Mencintai Dalam Diam
Oleh:
Sri Utami
Namaku Afif Humaira, aku biasa dipanggil Mey. Aku masuk salah
satu universitas di Surabaya.Hari
pertama masuk kuliah, di kelas ku melihat sosok pria yang misterius. Dia sangat
berbedadengan yang lain dan cukup menarik perhatianku juga rasa penasaranku.
Hari demi hari ku lalui, rasa keingintahuanku tentangnya pun terjawab. Pria itu
bernama Wildan, dia pintar dan aktif dikelas, aku kira dia orang yang pendiam,
tapi ternyata tidak juga. Lama kelamaan lincahnya terlihat, dia bawel, gokil
pula, dan yang paling aku terkaget itu dia seorang pemain biola.
Dengan
berjalannya waktu kita pun saling mengenal satu sama lain, yang awalnya aku dan
Wildan tidak berteman kemudian kami menjadi teman dekat, bahkan lebih dekat dari
sahabat. Aku selalu menceritakan semua kejadian yang menimpaku, dari cerita
susah, senang, sedih, dan sebagainya begitu pula dengannya. Dia pria yang
sangat baik dan mengerti aku. Dia tempat curhat yang asik, tempat sharing
pelajaran yang menyenangkan penuh dengan kharisma, sehingga banyak perempuan
lain yang kagum padanya.
Aku
seperti buntut baginya, kemanapun dia pergi, aku selalu mengikutinya. Dari
mulai dia futsal sampai satu organisasi pun bersama. Dia yang selalu ada saat
aku membutuhkan bantuan. Dari mulai meminta bantuan menyelesaikan tugasku,
mengantarku pulang, banyak orang yang menyangka kita pacaran.
Aku
berusaha bersikap seperti biasa dihadapannya, entah sampai kapan aku harus
berpura-pura dan berperang dengan hatiku sendiri. Oh... rasanya sangat tersiksa
Wildan hanyalah sahabatku yang teristimewa. Entah mengapa aku selalu ada hati,
aku menjadi sosok yang pendiam, jaga image, salah tingkah, dan lain jika berhadapan dengannya. Oh.... itu sangat
menyebalkan ketika secara tidak sadar aku menjadi orang lain yang amat sangat
jauh berbeda dari kepribadianku jika ada dia dihadapanku.
Apa
ini yang dinamakan cinta? Apa ini yang dinamakan kasih sayang? sudah cukup
sampai disitu pertanyaanku. Rasanya perutku lapar jika aku selalu berpikiran
hal itu. Oh... tidak..... Aku mencoba berpositive thinking akan keadaanku ini.
Ya, agar semuanya berjalan seperti biasanya. Hari demi hari ku lalui seperti
biasanya, tugas kuliah yang menumpuk, pekerjaan rumah seperti pembantu rumah
tangga, menjadi pembisnis coklat online, dan tentunya have fun dengan sahabatku
Wildan walau aku harus merasakan perang batin jika harus berhadapan dengannya.
Ada apa denganku ?
Selain
dikenal sebagai kota pelajar,Yogyakarta juga merupakan kota budaya yang
pesonanya senantiasa mampu memikat wisatawan.yaa…Tugu Jogja kini menjadi saksi bisu keadaan hatiku terhadap Mirna,gadis yang aku
kenal saat semester empat yang lalu.Walaupun kami beda jurusan tapi ..entahlah
pertemuan mesti terjadi itupun secara tidak sengaja.Walaupun hanya di sapa
olehnya” Hai Kak Hendra “ dengan sapaan pendek itu hatiku sudah berbunga-bunga.
Harus
aku akui,ide-ide yang dilontarkan Mirna selalu brilliant.Mungkin karena masih
belia.Tak perlu ambil pusing dengan wajar atau tidak wajar.Semuanya begitu
alami,ia telah menjadi bagian dari
hidupku.Walaupun rasanya tak masuk akal,aku sering memujinya dalam hati.dia
sangat cantik dan cerdas.
Suatu
ketika tak ku sengaja bertemu Mirna,setelah matkul terakhir.Gadis cantik
berbaju merah muda itu duduk sendirian di taman dekat perpustakaan kampus.”Kak
Hendra mengagetkan “ katanya polos dengan senyuman khas lesung pipitnya membuat
hatiku semakin bergemuruh.Mirna adalah salah satu penyemangatku dalam
melanjutkan perusahaan papa,ia penyumbang ide-ide cemerlang.Yaa…selain kuliah
aku di bebani tugas besar oleh papa selama beliau belum sembuh total dari
sakitnya.
Hari
berganti hari tak terasa begitu cepatnya waktu bergulir.Hendra semakin tidak
bisa mengontrol emosinya melihat perkembangan perusahaan yang di kelolanya
selama beberapa bulan.Pembukuan keuangan tidak balance dengan pengeluaran untuk
operasional.Di sisi lain kuliahnya sudah mendekati ujian akhir.Yaa…tiba-tiba ia
teringat dengan Mirna gadis cantik yang serba bisa.Apakah ia mau membantuku
lagi setelah ia tersakiti hatinya oleh mama ku beberapa bulan yang
lalu. Mama menilainya gadis kampungan yang suka nebeng
teman yang kaya.Padahal dia gadis yang serba bisa dan baik hati.Hati ini
selalu merindunya.
Walaupun
kesibukanku luar biasa.Entalah… aku tidak bisa melupakan Mirna.Gadis yang smart
dan beauty itu selalu menggoda hatiku.Yaa Tuhan.Ada apa denganku? Kelihatannya
sudah jelas ia menganggapku sekedar sahabat tidak lebih dari itu.Sekuat hatiku
mengenyahkan pikiranku tentang Mirna.Anehnya semakinku menghindar dari
pertemuan,pesonanya justru semakin membius hati.Oh…Namanya Cinta sangat dahsyat
dan dilematis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar