Kinerja guru sebagai pendidik tidak hanya seputar membimbing peserta didik dalam pembelajaran dan mendampingi 'tumbuh-kembangnya' secara fisik, kepribadian dan sosialnya, tetapi juga dituntut untuk menyelenggarakan kesiapan administrasi yang terasa 'memberatkan'.
Berbagai pernak-pernik administrasi guru terasa semakin menjadi beban, terlebih dengan adanya perubahan kurikulum yang lagi dan lagi. Sehingga pemahaman guru atas kurikulum yang dipergunakan cenderung menjadi mentah lagi mentah lagi.
Baru mempelajari, sedikit memahami dan mencoba sistem CBSA, kurikulumnya berganti dengan KTSP dengan PAIKEMnya, lalu berganti dengan Kurtilas, dan sekarang diganti lagi menjadi Kurikulum Merdeka.
Meskipun guru meyakini semua perubahan itu mengusung tujuan yang sama yaitu untuk perbaikan kinerja, proses, dan produk pendidikan Indonesia, tapi sejatinya guru seolah dibuat pusing tujuh keliling. 🤭
Terlalu banyaknya beban administrasi yang harus disiapkan guru membuat sebagian guru mencari jalan pintas untuk memenuhinya.
Alih-alih menjadi lebih tekun membuat segala pernak-pernik perangkat pembelajaran dan administrasi guru, yang ada guru seolah-olah 'ramai-ramai' melakukan plagiarisme, terbiasa melakukan copy-paste berbagai naskah administrasi guru yang diperlukannya.
Padahal jelas situasi dan kondisi tiap satuan pendidikan itu tidak sama, latar belakang peserta didiknya juga beragam. Jadi sangatlah tidak tepat jika administrasi pembelajaran tiap sekolah diseragamkan.
Menyikapi maraknya terjadi gejala ini maka dirancanglah satu teknik 'penjiplakan' yang lebih _manusiawi,_ lebih _beretika,_ dan lebih bisa diterima, bisa disesuaikan dengan situasi dan kondisi masing-masing satuan pendidikannya.
Guru diijinkan untuk meniru naskah administrasi yang sudah ada dengan catatan harus melakukan penyesuaian dengan situasi dan kondisi sekolah dan siswanya masing-masing.
Tehniknya dikenal dengan istilah ATM, Amati-Tiru-Modifikasi.
Dan ternyata hal seperti ini sudah disuarakan jauh-jauh hari oleh tokoh pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara.
Beliau mengemukakan tentang salah satu falsafah pendidikannya yang disebut 3N, yaitu :
Niteni = mengamati
Nirokke = meniru
Nambahi = menambahkan, mengembangkan.
Jadi ternyata 3N yang dikemukakan Ki Hajar Dewantara berpuluh tahun lalu itu selaras dengan yang dianjurkan sekarang yaitu ATM, Amati, Tiru dan Modifikasi.
*_Lia, Cianjur, 15052024._*